31.8 C
Jombang
Thursday, June 8, 2023

Mengapa Harus Senang

SAUDARAKU muslimin-muslimat, utamanya para pembaca Jawa Pos Radar Jombang. Dari judul di atas, mengapa harus senang? Dalam pemahaman kita mengapa harus senang, apa yang harus disenangi, dan apa pula yang bikin senang, serta persepsi senang yang bagaimanakah bakal kita alami. Dan kapan pula rasa senang itu akan kita rasakan.

Senang itu adalah kala kita masuk bulan Ramadan dan menjalankan perintah ibadah puasa. Terlebih lagi sebagai muslim dalam kategori orang yang beriman.

Mengapa? Padahal kala puasa kita akan merasakan haus, dahaga, perut perih karena lapar, tenggorokan kering kerontang. Badan lemas letih lelah tak punya daya. Makan minum terkurangi karena dilarang makan minum di siang hari, sampai adzan Maghrib dikumandangkan.

Demikian juga kala pasangan suami istri ada hasrat mau berkumpul di siang hari tidak diperkenankan. Karena akan kena kafarat yang amat berat. Malam hari di saat suasana hening sepi serta waktu istirahat tidur nyenyak, kita juga harus bangun untuk bertahajud dan dilanjut makan sahur. Walau mata masih lelap sulit untuk diajak bangun melek.

Mengapa kok harus senang? Apa tidak malah susah atau resah gelisah. Terus Senang yang bagaimana.

Saudaraku. Inilah yang harus kita pahami sebagai hamba Allah SWT yang dipanggil sebagai orang beriman. Yang akan mendapatkan senang dan kesenangan yang tak terbatas dan kelak di hadapan Ilahi Robbi. Yang pertama, siapa saja orang yang beriman sangat senang dengan datangnya bulan Ramadan dan bersedia menjalankan puasa satu bulan penuh dengan menjaga syarat rukunnya, maka jasadnya diharamkan oleh Allah tersentuh jilatan api neraka. Sebagaimana sabda  Rasulullah SAW: “Man Farikha Budukhuuli Ramadan Kharromalohu Jasadahu Alanniroon.”

Baca Juga :  Pastikan Tepat Sasaran, Dinas Sosial Kawal Penyaluran BLT BBM 

Yang kedua, senang karena akan tersucikan dari segala maksiat dan dosa. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: “Almutjohhiru Huwa Syahru Ramadan. Almuthohhiru Minadzunubi Walma’ashi.” Yang mensucikan itu adalah bulan Ramadan. Mensucikan dari segala maksiat dan dosa.

Yang ketiga, kita masuk bulan Ramadan, bulan puasa sebagai bulan penuh berkah, bulan agung, bulan pembeda dengan bulan yang lain, bulan Alquran, bulan sedekah dan bulan fitrah. Hingga semua amalan ibadah kita sekecil apapun dan sedikit apapun akan dilipatgandakan kebaikan serta pahalanya oleh Allah SWT.

Yang keempat, senang kita bukan karena jam kerja kita dikurangi atau bagi ASN atau penyelenggara negara menjelang Idul Fitri akan mendapat gaji ke-13,  atau banyak promo barang atau diskon segala kebutuhan dengan bentuk penjualan di mal-mal yang ada. Tetapi hati senang dan bahagia dipanggil Allah sebagai orang yang beriman dan dijamin dengan segala balasan pahala dan bersih dari noda dan dosa.

Maka sudah sepatutnya kita sebaga hamba Allah serta umat dari Rasulullah SAW untuk senang dan bahagia dengan datangnya puasa Ramadan. Jerih payah, letih, lelah, lapar dan dahaga, hanyalah bagian kecil dari perjuangan demi menggapai kesenangan dan kebahagiaan yang tak terbatas kelak di hari yang abadi.

Baca Juga :  Bupati Ajak Perguruan Pencak Silat di Jombang Ikut Jaga Kondusifitas

Di hadapan Allah SWT. Semoga kita keluar bulan Ramadan bagaikan bayi yang baru lahir dari perut sang ibu. Suci bersih bagai tabularasa yang tak bernoda. Hingga di hadapannya kita senang dan bahagia selamanya. Amin.

Itulah kesenangan yang sejati yang tiada henti di hari nanti. Senang yang kita gapai dari awal datangnya bulan suci. Senang di hati, senang di bulan suci. Senang membaca Alquran yang suci. Senang berperilaku sucikan hati. Bersihkan diri dari setiap noda dosa yang datang setiap detik, tiap-tiap menit bahkan setiap hari.

Terkadang, kita tidak terasa salah, khilaf, dosa datang lewat mata, perasaan hati, omong dan pembicaraan tiap hari dengan teman serta sanak keluarga. Dan celakanya, kita tidak sadar dan tidak mengerti, atau mungkin lupa, kapan kita pernah istighfar memohon ampunan Ilahi. Itulah ancaman manakala kita tak bisa menghapus dosa-dosa itu.

Maka teringat bahwa Ramadan adalah bulan Maghfiroh, bulan penuh ampunan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menyebut, awal Ramadan hari-hari penuh rahmat, tengahnya penuh maghfiroh dan akhirnya pembebasan dari azab api neraka. Alangkah senangnya manakala kita semua muslimin-muslimat saudaraku semua terbebas dari azab api neraka. Amin. (*)

 

Oleh: H Masud Zuremi
(Ketua DPRD Jombang)

SAUDARAKU muslimin-muslimat, utamanya para pembaca Jawa Pos Radar Jombang. Dari judul di atas, mengapa harus senang? Dalam pemahaman kita mengapa harus senang, apa yang harus disenangi, dan apa pula yang bikin senang, serta persepsi senang yang bagaimanakah bakal kita alami. Dan kapan pula rasa senang itu akan kita rasakan.

Senang itu adalah kala kita masuk bulan Ramadan dan menjalankan perintah ibadah puasa. Terlebih lagi sebagai muslim dalam kategori orang yang beriman.

Mengapa? Padahal kala puasa kita akan merasakan haus, dahaga, perut perih karena lapar, tenggorokan kering kerontang. Badan lemas letih lelah tak punya daya. Makan minum terkurangi karena dilarang makan minum di siang hari, sampai adzan Maghrib dikumandangkan.

Demikian juga kala pasangan suami istri ada hasrat mau berkumpul di siang hari tidak diperkenankan. Karena akan kena kafarat yang amat berat. Malam hari di saat suasana hening sepi serta waktu istirahat tidur nyenyak, kita juga harus bangun untuk bertahajud dan dilanjut makan sahur. Walau mata masih lelap sulit untuk diajak bangun melek.

Mengapa kok harus senang? Apa tidak malah susah atau resah gelisah. Terus Senang yang bagaimana.

Saudaraku. Inilah yang harus kita pahami sebagai hamba Allah SWT yang dipanggil sebagai orang beriman. Yang akan mendapatkan senang dan kesenangan yang tak terbatas dan kelak di hadapan Ilahi Robbi. Yang pertama, siapa saja orang yang beriman sangat senang dengan datangnya bulan Ramadan dan bersedia menjalankan puasa satu bulan penuh dengan menjaga syarat rukunnya, maka jasadnya diharamkan oleh Allah tersentuh jilatan api neraka. Sebagaimana sabda  Rasulullah SAW: “Man Farikha Budukhuuli Ramadan Kharromalohu Jasadahu Alanniroon.”

Baca Juga :  Pastikan Tepat Sasaran, Dinas Sosial Kawal Penyaluran BLT BBM 

Yang kedua, senang karena akan tersucikan dari segala maksiat dan dosa. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: “Almutjohhiru Huwa Syahru Ramadan. Almuthohhiru Minadzunubi Walma’ashi.” Yang mensucikan itu adalah bulan Ramadan. Mensucikan dari segala maksiat dan dosa.

Yang ketiga, kita masuk bulan Ramadan, bulan puasa sebagai bulan penuh berkah, bulan agung, bulan pembeda dengan bulan yang lain, bulan Alquran, bulan sedekah dan bulan fitrah. Hingga semua amalan ibadah kita sekecil apapun dan sedikit apapun akan dilipatgandakan kebaikan serta pahalanya oleh Allah SWT.

Yang keempat, senang kita bukan karena jam kerja kita dikurangi atau bagi ASN atau penyelenggara negara menjelang Idul Fitri akan mendapat gaji ke-13,  atau banyak promo barang atau diskon segala kebutuhan dengan bentuk penjualan di mal-mal yang ada. Tetapi hati senang dan bahagia dipanggil Allah sebagai orang yang beriman dan dijamin dengan segala balasan pahala dan bersih dari noda dan dosa.

Maka sudah sepatutnya kita sebaga hamba Allah serta umat dari Rasulullah SAW untuk senang dan bahagia dengan datangnya puasa Ramadan. Jerih payah, letih, lelah, lapar dan dahaga, hanyalah bagian kecil dari perjuangan demi menggapai kesenangan dan kebahagiaan yang tak terbatas kelak di hari yang abadi.

Baca Juga :  Idolakan CR7, Gus Sentot Jagokan Portugal di Piala Dunia

Di hadapan Allah SWT. Semoga kita keluar bulan Ramadan bagaikan bayi yang baru lahir dari perut sang ibu. Suci bersih bagai tabularasa yang tak bernoda. Hingga di hadapannya kita senang dan bahagia selamanya. Amin.

Itulah kesenangan yang sejati yang tiada henti di hari nanti. Senang yang kita gapai dari awal datangnya bulan suci. Senang di hati, senang di bulan suci. Senang membaca Alquran yang suci. Senang berperilaku sucikan hati. Bersihkan diri dari setiap noda dosa yang datang setiap detik, tiap-tiap menit bahkan setiap hari.

Terkadang, kita tidak terasa salah, khilaf, dosa datang lewat mata, perasaan hati, omong dan pembicaraan tiap hari dengan teman serta sanak keluarga. Dan celakanya, kita tidak sadar dan tidak mengerti, atau mungkin lupa, kapan kita pernah istighfar memohon ampunan Ilahi. Itulah ancaman manakala kita tak bisa menghapus dosa-dosa itu.

Maka teringat bahwa Ramadan adalah bulan Maghfiroh, bulan penuh ampunan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang menyebut, awal Ramadan hari-hari penuh rahmat, tengahnya penuh maghfiroh dan akhirnya pembebasan dari azab api neraka. Alangkah senangnya manakala kita semua muslimin-muslimat saudaraku semua terbebas dari azab api neraka. Amin. (*)

 

Oleh: H Masud Zuremi
(Ketua DPRD Jombang)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/