JOMBANG – Geliat kerajinan pande besi di Jombang masih berlangsung. Hingga saat ini para perajin bertahan dengan peralatan manual. Saat awal musim tanam misalnya, dirasa jadi momen paling menguntungkan.
Salah satu pande besi yang meningkat aktivitas produksinya berada di Dusun Doro, Desa Karangdagangan, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang, bakal terdengar suara aktivitas pande besi.
Lokasinya tak jauh dari jalan raya. Aktivitas pembuatan perkakas pertanian hingga kini masih berlangsung. Milik Aminin misalnya yang sudah hampir 20 tahun membuat sabit. “Sudah turun temurun dari keluarga, Mbah saya dulu yang pertama membuat sabit. Tapi waktu itu semua serba manual,” katanya kemarin (11/1).
Di bengkel miliknya yang berada di belakang rumah, aktivitas membuat sabit hampir dilakukan setiap hari. Dengan dibantu tiga orang yang notabene masih anggota keluarga, mereka membagi peran masing-masing.
Aminin sebagai komando kala plat besi yang sudah dipotong dan dipanaskan siap untuk dipalu bergantian. Sementara tiga orang lainnya, bakal mengikuti. Tak heran, dentuman suara proses pembuatan sabit itupun terdengar bersahutan. “Saya biasanya sehari membuat 40 sampai 50 sabit,” sebut Minin, sapaan akrabnya.
Selama proses pembuatan sabit, ia melakukan sejak pagi hingga sore hari. “Siang itu mandenya sudah selesai. Tinggal bagian akhir, termasuk pemasangan gagang sabit,” imbuh dia. Selain membuat sabit, Aminin juga membuat cangkul dan pisau. Namun tak dikerjakan setiap hari. Pembuatan itu dilakukan hanya ketika ada pesanan.
“Karena yang paling utama membuat sabit,” sambung lelaki usia 50 tahun ini. Pande miliknya sama seperti pande pada umumnya. Rata-rata masih menggunakan peralatan manual. Hanya pada pengapian saja yang dibantu mesin. “Buat gagangnya sampai menajamkan, semua masih manual. Kadang pakai gerinda supaya tambah bagus,” terangnya.
Bahan baku yang digunakan didapatkan dari Jombang sendiri. Plat besi didapat dari Pasar Tunggorono dengan harga per kilogramnya Rp 10.000. “Biasanya saya beli 10 kilogram, biasanya menghasilkan sampai 50 sabit,” rinci dia.
Di musim penghujan seperti sekarang ini, lanjutnya, menjadi momen yang paling ditunggu. Sebab, permintaan sabit dirasakan meningkat tajam. Otomatis pembuatan sabit pun bertambah. “Kalau waktu musim awal tanam dan menjelang panen banyak yang pesan. Biasanya kadang seminggu hanya dua sampai tiga hari buat, sekarang hampir setiap hari buat,” jelasnya.
Karena memang di wilayahnya saat ini sebagian besar sudah memasuki musim panen padi. Sementara wilayah lain baru memasuki musim tanam. “Di Bandarkedungmulyo sebagian tanam padi, mungkin karena sekarang panen, jadi ya banyak pesanan sabit,” ungkap Minin.
Sejauh ini pemasaran sabit miliknya lebih banyak berkutat di Jombang dan sekitarnya. Terkadang para perajin mengandalkan saat moment tertentu. “Sebenarnya pernah kirim ke Surabaya dan Madiun, tapi ya tidak sering seperti di Jombang. Pelanggan paling banyak dari Jombang sendiri,” beber dia.
Sabit yang dia jual eceran paling murah dibanderol dengan harga Rp 30.000 dan paling mahal Rp 50.000. “Sebenarnya tergantung kualitas, semakin bagus semakin mahal,” pungkas Minin. (*)