JOMBANG – Saat ngaji usai salat Duha di Masjid Agung Junnatul Fuadah, Polres Jombang, Kamis (16/3), Pengasuh PP Falahul Muhibbin, Watugaluh, Diwek, KH Nurhadi (Mbah Bolong), menjelaskan pentingnya menyambut bulan suci Ramadan.
’’Ramadan itu meningkatkan derajat kita dari iman menjadi ihsan,’’ tuturnya. Iman itu meyakini keberadaan Allah subhanahu wa ta’ala. Sedangkan ihsan, kata Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wa sallam, merasa melihat Allah SWT. Jika tidak bisa, maka merasa diawasi oleh Allah SWT. ’’Yang membuat kita tidak mokel itu karena ihsan,’’ tegasnya.
Mbah Bolong mencontohkan polisi yang mengatur lalu lintas di siang hari puasa. Karena kepanasan tentu haus. ’’Misalnya dia minum di pos, tak akan ada orang yang tahu,’’ ucapnya.
Tapi karena merasa diawasi oleh Allah SWT, maka si polisi tetap berpuasa dan tidak minum. ’’Orang kalau sudah berada pada derajat ihsan, akan mulia disisi Allah SWT. Dia tidak akan berani maksiat. Tidak berani korupsi, mencuri ataupun ngapusi,’’ bebernya.
Mbah Bolong mengajak bersama-sama mendidik masyarakat untuk memuliakan Ramadan. ’’Kalau kita memuliakan Ramadan, keluarga kita dan anak-anak kita pasti akan diselamatkan oleh Allah SWT,’’ tegasnya.
Orang non muslim pun bisa mendapatkan manfaat dari memuliakan Ramadan. Alkisah, ada seorang Majusi penyembah api yang melihat putranya pada siang hari Ramadan makan di tempat ramai. Si Majusi lalu mendatangi anaknya dan memarahinya. ’’Mengapa kamu tidak menghormati orang-orang yang sedang berpuasa?’’ hardiknya. Dengan santai, si anak menjawab, ’’Saya tidak tahu. Saya lapar sekali,’’ ujarnya.
Si Majusi lalu berpesan; ’’Ingatlah, pada bulan Ramadan, umat Islam melaksanakan ibadah puasa. Hormatilah mereka yang sedang berpuasa. Jika engkau tidak berpuasa, janganlah makan di hadapan mereka!’’
Tak lama kemudian, si Majusi meninggal dunia. Seorang alim melihatnya dalam mimpi. Si Majusi seakan-akan duduk di atas takhta kemuliaan yang ada di surga. Si alim pun bertanya; ’’Bukankah engkau orang Majusi?’’ ’’Benar, jawab orang Majusi itu.’’
Lalu, bagaimana engkau bisa mendapatkan kemuliaan seperti ini? Si Majusi menjawab, pada awalnya aku memang Majusi. Namun, menjelang ajal, tatkala akan menghembuskan nafas terakhir, aku mendengar panggilan yang berseru; Hai malaikat-Ku! Jangan biarkan ia mati sebagai orang Majusi, berilah ia kemuliaan sebagai orang Islam karena ia telah menghormati dan memuliakan bulan Ramadan.
Sebelum wafat, si Majusi pun mengucapkan syahadat sehingga mati dalam kondisi membawa iman. “Majusi yang menghormati Ramadan saja seperti itu. Apalagi kita orang beriman yang memuliakan Ramadan,” pungkas mbah Bolong. (jif/naz/riz)