JOMBANG – Pengasuh PP Darul Ulum Rejoso sekaligus Ketua MUI Jombang, KH Cholil Dahlan, menjelaskan pentingnya berzikir. Utamanya zikir dengan lisan.
’’Syekh Abdul Qadir Aljilani berpesan, jangan meremehkan zikir lisan. Karena zikir lisan bisa menyebabkan semua badan ikut berzikir,’’ tuturnya. Ketika lisan mengucapkan subhanallah, maka telinga yang mendengarnya juga ikut zikir. Mata yang melihat juga ikut zikir. Semua pori-pori yang mendengar juga ikut berzikir.
Zikir lisan membuat zikir gampang masuk ke dalam hati. Ketika zikir sudah masuk ke dalam hati, maka zikir mengalir dalam aliran darah. Sehingga semua organ diwarnai oleh zikir. Tangan bergerak diwarnai zikir. Kaki melangkah diwarnai zikir.
Warga toriqoh dibimbing zikir dengan kaifiyah dan haiah tertentu agar zikir mudah masuk ke dalam hati. Jika zikir sudah masuk ke dalam hati, maka bisa berzikir dalam segala kondisi dan situasi. ’’Sehingga melihat daun jatuh pun bisa ingat Allah SWT,’’ terangnya.
Orang yang hatinya bersih, melihat daun jatuh pun bisa menangis. Dia merasa daun jatuh di depannya itu adalah peringatan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana daun itu gugur, maka setiap saat kita juga akan gugur. Sudahkah kita menyiapkan amal untuk bekal ketika gugur dan menghadap Allah SWT. ’’Zikir lisan bisa dilakukan kapan pun,’’ kata Kiai Cholil. Bahkan sebagaimana ditegaskan dalam QS Ali Imron 191, orang cerdas mampu zikir sambil berdiri, duduk dan berbaring.
Suatu ketika, ada dua orang Badui mendatangi Rasulullah Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satunya bertanya; Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik? ’’Yang panjang umurnya dan baik amalnya,’’ jawab Nabi. Salah satunya lagi bertanya; Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang aku bisa bergantung padanya. ’’Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berzikir pada Allah SWT,’’ kata Nabi.
Para ulama bahkan bisa berzikir di tempat mayoritas orang lalai seperti pasar. Sebagian ulama salaf ada yang sengaja ke pasar hanya untuk berzikir di sekitar orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT. Ibnu Rajab menceritakan, ada dua orang yang sempat berjumpa di pasar. Lalu salah satu dari mereka berkata, ’’Mari sini, mari kita mengingat Allah di saat orang-orang pada lalai dari-Nya.’’
Mereka lantas mengingat Allah. Lalu mereka berpisah dan salah satunya meninggal dunia. Dalam mimpi, salah satunya bertemu lagi temannya. Di mimpi tersebut, temannya berkata, ’’Aku merasakan bahwa Allah mengampuni dosa kita di sore itu dikarenakan kita berjumpa di pasar, lalu mengingat Allah SWT.’’ (jif/naz/riz)