JOMBANG – Ide membuat karya bisa datang dari banyak hal. Seperti yang dilakukan Samiaji, 40, pelukis asal Dusun Banjarsari Desa/Kecamatan Bareng yang berhasil membuat karya lukisan dari gabah untuk mengeskpresikan keluh kesah petani padi. Tidak saja unik, lukisan penuh makna ini juga punya nilai jual tinggi.
Selain memiliki nilai estetika tinggi, lukisan bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan. Seperti yang dilakukan Samiaji, 40, pelukis asal Dusun Banjarsari Desa/Kecamatan Bareng berhasil membuat lukisan berbahan gabah. ”Saya terinspirasi membuat lukisan 3D berbahan dasar gabah lantaran ingin menyampaikan keluh kesah petani perdesaan,” ungkap Samiaji saat Jawa Pos Radar Jombang mengunjungi rumahnya.
Menurutnya, perjuangan petani sangat luar biasa yang mestinya harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Sepanjang musim tanam kemarin, ada saja kendala yang dialami. Mulai kelangkaan pupuk subsidi, serangan hama tikus, wereng hingga baru-baru ini ketidakpastian harga jual gabah, terlebih saat panen raya. Lukisan itu dibuat sebagai bentuk ungkapan kekecewaan sindiran terhadap pemangku kebijakan yang sering memainkan nasib petani. ”Kami petani sebagai wong cilik ini sering dipermainkan. Contohnya musim panen kemarin, harga padi sempat anjlok, namun harga beras di pasar tinggi,” tambahnya.
Reporter: Anggi Fridianto
JOMBANG – Ide membuat karya bisa datang dari banyak hal. Seperti yang dilakukan Samiaji, 40, pelukis asal Dusun Banjarsari Desa/Kecamatan Bareng yang berhasil membuat karya lukisan dari gabah untuk mengeskpresikan keluh kesah petani padi. Tidak saja unik, lukisan penuh makna ini juga punya nilai jual tinggi.
Selain memiliki nilai estetika tinggi, lukisan bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan. Seperti yang dilakukan Samiaji, 40, pelukis asal Dusun Banjarsari Desa/Kecamatan Bareng berhasil membuat lukisan berbahan gabah. ”Saya terinspirasi membuat lukisan 3D berbahan dasar gabah lantaran ingin menyampaikan keluh kesah petani perdesaan,” ungkap Samiaji saat Jawa Pos Radar Jombang mengunjungi rumahnya.
Menurutnya, perjuangan petani sangat luar biasa yang mestinya harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Sepanjang musim tanam kemarin, ada saja kendala yang dialami. Mulai kelangkaan pupuk subsidi, serangan hama tikus, wereng hingga baru-baru ini ketidakpastian harga jual gabah, terlebih saat panen raya. Lukisan itu dibuat sebagai bentuk ungkapan kekecewaan sindiran terhadap pemangku kebijakan yang sering memainkan nasib petani. ”Kami petani sebagai wong cilik ini sering dipermainkan. Contohnya musim panen kemarin, harga padi sempat anjlok, namun harga beras di pasar tinggi,” tambahnya.
Reporter: Anggi Fridianto